Materi

[Materi][twocolumns]

Mengapa Menjadi Penulis? - Forum Diskusi Daring

keluarga penulis kudus

Pada hari sabtu, 7 oktober 2017 kemarin sekitar jam 19:30 WIB dimulailah diskusi di grup whatsapp Kofiku. Untuk diskusi kali ini adalah mengenai materi kepenulisan fiksi yang disampaikan oleh Reyhan M Abdurrohman. Diskusi yang berlangsung menarik dan aktif itu berakhir pukul 21:00 WIB. Adapun rangkuman diskusi akan kami rangkum di bawah ini:


Setiap Orang Bisa Bercerita

Ya, setiap orang bisa bercerita karena tanpa kita sadari bercerita sudah menjadi kebiasaan kita. Pernahkah kalian sadar jika menceritakan kembali sebuah film/sinetron/drama yang kamu tonton kepada orang lain? Pernahkah kalian menceritakan tentang teman kamu yang berprestasi di sekolah kepada ibumu? Ya, tanpa kita sadari kita sudah bercerita.  Dari dasar bercerita ini, saya yakin setiap orang bisa menulis cerita. Tinggal kita mau menulis atau tidak. Itu saja.

Banyak yang bilang kalau menulis itu perlu bakat dan lain-lain. Tapi bagi saya menulis tak perlu bakat, kita hanya perlu berusaha lebih giat lagi untuk belajar dan berlatih. Manulis bagi saya adalah tentang proses menulis itu sendiri. Banyak sekali dijual buku teori menulis. Banyak pula pelatihan menulis yang gratis hingga berbayar, tapi itu percuma jika kita tidak pernah praktek langsung, kita tidak pernah menulis, karena menulis itu ... ya menulis itu sendiri.


Apa Tujuan Kita Menulis?

Pada acara Kampus Fiksi 4 di Jogja, angkatan kami kedatangan tamu seorang penulis wanita bernama Herlinatiens yang pada sesinya diawali dengan sebuah pertanyaan, “apakah tujuanmu menulis? Jujur saja.”
Kami tidak langsung menjawab, banyak yang mengerutkan kening berpikir. Padalah jika menjawab jujur harusnya bisa langsung terjawab, hanya saja  banyak yang malu atau ... entahlah. Kenapa harus jujur dan tahu tujuan kita menulis? karena nantinya jalan kita ditentukan tujuan kita.

Misal menulis hanya untuk menumahkan unek-unek ke dalam sebuah cerita biar lega. Baiklah, kamu sudah bisa cukup menulis diary kalau gitu.

Misal menulis biar dibaca orang banyak. Kamu bisa menulis di media sosial, blog atau wattpad.
Misal menulis biar dapat uang. Kamu harus berusaha berkali-kali lipat lagi untuk menembus media yang memberikan honor, kamu pun harus berusaha menembus penerbitan mayor agar dapat royalti, atau kamu bisa menulis secara indie dan melakukan marketing yang luar biasa agar karyamu laku terjual.

Nah, sekarang apa tujuanmu? Jika sudah tahu, tempuhlah jalan yang tepat.


Penulis Itu Keren

Ada tiga kelebihan menulis menurut Pak Edi Mulyono yang diterangkannya dalam buku “Silabus Menulis Fiksi” yaitu : Mampu berpikir tidak biasa, mampu berpikir logis dan sistematis, mampu menciptakan interpretasi atau penafsiran. Mari kita bahas sedikit.

Mampu Berpikir tidak biasa. Penulis dituntut untuk berpikir berbeda. Dituntut untuk mengetahui banyak hal lebih dari orang-orang biasa. Penulis dituntut mampu berpikir dari sudut pandang lain. Dan bagaimana cara menemukan itu semua? Baca buku, entah itu fiksi atau non fiksi, atau sharing (maka dari itu kofiku ada, eaaa)

Mampu Berpikir Logis dan Sistematis. Kalau menurut saya, penulis itu harus bisa menciptakan masalah dan menyelesaikan masalah itu sendiri. Keren kan? Penulis harus mampu membuat alur dan cerita yang sistematis dan tentunya harus logis. Plis deh, jangan bikin cerita yang logis, cerita fiksi pun harus logis, bahkan cerita fantasi pun harus logis.

Mampu menciptakan interpretasi. Idealisme dan subjektivitas penulis biasanya mempengaruhi tulisannya yang akan melahirkan tafsir-tafsir baru terhadap ide dan tema yang ditulisnya.

Ada satu lagi kelebihan penulis menurut saya, bisa sekaligus belajar EyD (sekarang EBI). Ini manfaat banget sebagai bekal menulis makalah atau skripsi. Saya belajar menulis sejak kuliah dan sangat terasa manfaatnya ketika menulis skripsi karena dosen saya tidak susah-susah mengoreksi EyD ataupun typo karena sudah terbiasa melakukan self editing.

Apa itu Fiksi

Baik saya akan terangkan menurut saya saja. Jikalau ada tambahan nanti bisa didiskusikan.

Fiksi adalah rekaan, tidak nyata, tidak sebenarnya terjadi. Mudah kan? Lalu contohnya apa saja? Kalau ke toko buku dan mampir di rak fiksi pasti kita akan mendapati Novel, Kumpulan Cerpen dan Kumpulan Puisi, nah itulah contohnya. Hanya saya kemarin saat launching “Kata Kota” Bapak MM Bhoernomo mengatakan bahwa puisi itu bukan fiksi karena ditulis dengan kejujuran dan penafsiran penyair. Tapi sebenarnya saya sendiri masih belum tahu pasti puisi masuk fiksi atau bukan. Tapi tetap saya masih memasukkan ke kategori fiksi, sih, soalnya cerpen/novel pun ada yang diangkat dari kisah nyata tetap berada di rak buku fiksi.  Yaudah tidak usah sampai berdebat.

Jika kalian menganggap menulis fiksi hanya mengandalkan imajinasi, itu tidak sepenuhnya benar, bahkan mendekati salah. Kenapa? Karena menulis fiksi itu kita butuh riset ini-itu, butuh referensi dan lain-lain. Mbak Herlinatiens bercerita bahwa sebelum menulis novel “Garis Tepi Seorang Lesbian” (sekarang diterbitkan di DIVA dengan judul “Ashmora Paria”) dia perlu riset hingga dua tahun. Gila nggak? Dua tahun Cuma buat riset. Bahkan doi mencoba masuk ke dunia lesbian dan dapat narasumber yang mau bercerita. Setelah saya baca bukunya, benar-benar kaya dan banyak istilah baru di situ. Doi bisa menyajikan cerita lesbian dengan sangat jujur.

Masih berminat menulis fiksi?

Reyhan M Abdurrohman



Tanggapan
Kalo menurut saya pada dasarnya tujuan kita menulis adalah menyampaikan pesan, ide yg ada dalam benak kita. Seorang penulis harus dapat memilih topik yg tepat dan harus dapat disesuaikan dgn kondisi pembaca. Menulis tidak hanya mengharuskan memilih suatu pokok pembicaraan yg cocok dan sesuai, tetapi juga harus menentukan siapa yang akan membaca tulisan tersebut, apa maksud, dan tujuannya.

Pertanyaan
Setiap bidang profesi apa pun itu, pasti memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda sesuai dengan fak tiap individu.
Apa saja kendala atau kesulitan bagi penulis pemula ketika dia sudah sampai tahap membangun kebiasaan menulis.
Apa strong why seorang Reyhan untuk tetap konsiten menulis ditengah maraknya penulis-penulis baru dengan kualitas yang nggak bisa dianggap remeh sampai terkait pajak penulis.
Bagaimana ceritanya novel Reyhan bisa tembus di mayor, perlu riset berapa lama, nulisnya berapa lama?

Jawaban
Pegang teguh dan raih tujuanmu menulis untuk apa. Itu aja, sih.
Untuk novel kedua saya yang Mendayung Impian saya riset cukup lama karena setting ceritanya ada di pedalaman Kalimantan Barat, perbatasan dengan Malaysia. Jadi saya kumpulkan banyak sekali artikel dan nonton perjalanan orang ke Kalimantan Barat. Pokoknya bikin kita benar-benar menguasai apa yang akan kita tulis, maka nanti saat menuliskannya akan mudah

Pertanyaan
Masalahnya saya belum dapet tujuan saya nulis, Pak. Kalo numpahin uneg-uneg saya gak mesti nulis, Pak. Juga blm berharap dibaca orang banyak. Belum ambisi harus dapet uang ketika nulis. Saya nulis karena asik aja pak. Kadang kalo ada budaya yang unik, cara hidup orang yang gak biasa, atau ngasih tantangan buat diri sendiri aja, Pak.

Jawaban
Nah berarti tujuanmu berubah-ubah. Nggak masalah kok.
Misal gini, saat kamu sedang gelisah tentang maraknya ayam geprek kamu ingin menuangkan unek-unekmu dalam tulisan, jadi tujuanmu saat itu hanya untuk itu.

Pertanyaan
Saya sering sekali terjebak dalam membuat plot cerita yg sistematis dan logis, karena selalu nemu celah "tidak logis" yang ujung-ujungnya bikin ganti plot cerita kalau boleh minta masukan dari temen-temen yang banyak pengalaman 

Jawaban
Di awal bikin outline dulu. Jadi otuline itu benar-benar harus matang, sudah dilihat kelogisannya, kalau ada yang salah langsung benahi, barulah jika sudah benar-benar siap, lanjut menulis
Sedangkan matang, ya, menurut kita sendiri.
Kalau di tengah ada yang janggal, tulis aja terus sesuai outline. Jangan sampai tidak ikut outline, ya. Yang penting bisa selesai dulu. setelah selesai, endapkan, baca lagi sambil revisi.

Pertanyaan
Kan banyak tuh penulis di Indonesia, baik yang baru muncul maupun yang sudah mapan, menurut kakak apa sih kesulitan terbesar dalam kehidupan seorang penulis ? Dan apa yang dibutuhkan sebuah buku agar digemari oleh pembaca?

Jawaban
Kesulitannya beragam, setiap penulis beda-beda, sih. Kalau saya sekarang sulit cari waktu luang. Soalnya saya kalau nulis harus mood bagus dulu.
Buku biar digemari, tulis yang dekat dengan mereka, yang mereka butuhkan. Biasanya kan kadang pas baca buku, tiba tiba kamu ngerasa "wah ini gue baget" nah berarti tandanya apa yang ditulis dekat dengan pembaca tersebut.
Tapi lebih penting lagi tulis yang kamu suka, yang kamu kuasai

Pertanyaan
Kak aku lebih suka nulis puisi dari pada cerpen atau sejenisnya, tapi aku gak mau di kelas puisi terus. Aku mau naik kelas dengan bisa menulis cerpen atau sejenisnya. Tapi di puisi aku menyadari juga kalau aku masih lemah dengan diksi-diksi.  Nah kira-kira ada masukan gak aku harus gimana, apa aku harus menekuni dunia puisi atau bagaimana? Tolong masukannya kak? 

Jawaban
Banyak temanku yang awalnya nulis puisi dulu baru ke cerpen.
Menurutku mereka yang dari puisi malah lebih kaya diksi, hanya saja memang harus banyak belajar penceritaan, narasi, deskripsi dan dialog. Tapi menurutku menulis cerpen jauh lebih mudah daripada menulis puisi, karena cerpen kamu bisa agak bebas bercerita. Beda dengan puisi yang sudah terkekang dengan bait dan baris yang tidak terlalu panjang
Gimana ya.
Puisi tuh bebas tapi masih terikat. Untuk menceritakan banyak hal kita harus pilih satu atau dua kata yang bisa mewakilinya. Bagiku itu sangat sulit sekali.
Kalau cerpen menurutku kita bisa dengan leluasa meluapkan apa yang ada dipikiran kita karena cukup panjang.
Kalau puisi misal yang ada dipikiran kita kan buanyak banget, eh cuma dikasih beberapa baris doang, jadinya harus pinter nyari diksi yang mewakili itu semua

Pertanyaan 
Pada bulan Oktober tahun berapa gitu saya lupa soalnya, Indonesia kan menjadi tamu kehormatan Pekan Raya Buku Frankfurt. Kalo misalnya Kak Reyhan dipilih sebagai anggota tim pers Komite Nasional. Bagaimana cara Kak Reyhan agar karya sastra Indonesia dapat menyapa pembaca di luar negeri, sementara di negeri sendiri saja begitu banyak masalah?

Jawaban
Duh kok berat ya. huhu
Banyak kok karya penulis Indonesia yang sudah diadaptasi di luar negeri, contohnya Eka Kurniawan, trus ada lagi Mbak Ruwi Meita.
Trus kemaren juga kan ada kerjasama antologi dwi bahasa Indo-Thailand.
Faktanya, di Indonesia itu yang suka nulis banyak, tapi yang baca dikit. Sedangkan di Malaysia (misalnya) yang suka baca banyak, tapi yang suka nulis dikit.
Aku ada kenalan penulis Malaysia, dia nerbitin indie, tapi penjualannya hebat banget dah

Pertanyaan
Tanya Kak Rey; proses kreatif Kak Rey pas awal-awal nulis gimana, ya? Kan pasti ada jatuh bangunnya, tuh.

Jawaban
Ikut lomba lomba indie dan selalu kalah. Terus maen ke rumahnya Mbak El Eyra, trus dikasih tahu tema itu gak ada yang baru, tapi cara nulismu yang perlu pembaharuan jangan yang pasaran. Misal sudut pandang menulismu dan lain lain.

Tanggapan
Cukup menumpahkan pikiran menurutku tidak akan berkembang jika tidak ada orang lain yang ikut baca sebagai tolak ukurnya, (media, penerbit) banyak uang dan fans akan mengikuti jika kualitas diri kita (baca: menjadi penulis) dan motivasi masih rendah.

Pertanyaan
Nah, Kak Reyhan kan tau bahwa Indonesia tidak dikenal sebagai negeri tempat org gemar membaca buku. Kenapa Kak Reyhan tetap mengambil risiko sebagai penulis?

Jawaban
Karena awalnya cuma pengen nulis kayak Habibur. Itu aja. Nggak mikir sampai pajak dan orang gak suka baca.
Kalau di awal sudah mikir terlalu jauh nanti nggak nulis nulis 

Pertanyaan
Aku kebetulan ngikutin Forum Fiksi Fantasi Indonesia. Ada beberapa reviewer (apa sih istilahnya tukang review?) yang memang detail sekali dalam mengupas karya-karua fikfan lokal. Dia bahas detail dari semua aspek; ide cerita, alur, tokoh, latar dll. Nah, sadis di sini bukan menjelek-jelekkan sih, cuma segala kekurangan buku itu dikupas tuntas di dalam review itu. dan menurutku itu jauh lebih horor dibanding karyanya dibilang sampah soalnya bikin takut ketika mau nulis, jadi terus-terusan merasa nemu celah ditulisan kita sendiri.

Jawaban
Berarti kita terbelenggu ketakutan-ketakutan kita sendiri, jadinya nggak akan bebas. Bebaskan!

--Reyhan M Abdurrohman

No comments:

Kegiatan

[Kegiatan][bleft]

Karya Kami

[Karya Kami][bleft]

Galeri

[Galeri][twocolumns]